Minggu, 24 April 2011

sosiologi budaya

Sosiologi Budaya
1. Contoh budaya kocor-kocoran di Pulau kangean
Budaya kocor-kocoran sebutan orang pulau Kangean yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan setelah sehari pementasan pesta resipsi pernikahan dan sebelum diadakannya pementasan ludruk untuk pesta pernikahan.
Biasanya budaya kocor-kocoran ini ini diiringi dengan music ludruk atau bisa disebut sebagai salah satu bagian dari ludruk, tapi tidak semua sebelum pementasan ludruk harus ada budaya kocor;kocoran tergantung permintaan tuan rumah yang melakukan pesta pernikahan. Bukan dari ketentuan yang memilki atau juragan ludruk, tetapi acara dari tuan rumah itu sendiri ia ingn mementaskan kocor-kocoran ini atau tidak. Sekalipun begitu, biasanya di Pulau Kangean ini jika suatu pesta pernikahan memakai pementasan ludruk mayoritas juga mengadakan acara kocor-kocoran ini. Akan tetapi, jika pesta pernikahannya tidak menampilkan pementasan ludruk maka budaya kocor-kocoran ini juga tidak akan dilakukan. Hal ini disebabkan karena alunan music dari kocor-kocoran ini meggunakan music dari ludruk tersebut.
Kocor-kocoran merupakan suatu kegiatan yang mana seorag pengantin pria dan wanita dihiasi seperti acara resepsi pernikahan dan dalam posisi duduk .
Saat ini posisi duduk para mempelainya sudah duduk dikursi dan menngunakan panggung. Sedangkan dulu hanya beralaskan tikar atau kain dan duduk bersila. Didepan pengantin ada baki dan nampan yang terbuat dari tembaga . kemudian nampan dan baki ini dibunyikan dengan cara nampan ini dipukul secara pelan-pelan ke baki. Orang yang melakukan pemukulan baki dan nampan ini tidak sembarang orang, tetapi orang yang sudah dipercaya dari dulu dan orang tertentu saja. Bunyi dari nampan dan baki ini akan diselaraskan dengan iringin music ludruk. Sehingga dari bunyian baki dan nampan ini akan membentuk bunyi yang dapat menarik seseorang untuk dating ke acara kocor-kocoran ini.
Dari bunyi ini orang-orang merasa asyik dan terhibur . dari alunan music yang enak seseorag biasanya berjoget ala kadarnya sambil mengipas-ngipas uang seperti 50ribuan, seribuan, 20ribuan Dan lain sebagainya. Sekalipun pada saat orang itu memamerkan uang 50ribuan yang banyak pada waktu berjoget, tapi pada saat orang itu tiba didepan pengantin biasanya dia tidak memberikan uang lima puluh rbuan yang tadi dipamerkan akan tetapi, mengambil uang seperti 20ribuan yang ada disakunya untuk dikasih kepengantin. Kejadian seperi ini akan menjadi keunikan tersendiri bagi setiap penonton. Tawaan, , dan candaan, dan suara teriakan penonton biasanya ikut mengiringi acara ini. Sekalipun seseorang sudah member uang kepada pengantin, tapi terkadang orang itu pengen melakukannya lagi sampai beberapa kali.Biasanya uang tersebut ditaruh dinampan yang dipukulkan. Hal inilah yang menjadi keunikan dan khasnya budaya kocor-kocoran dipulau Kangean.
Budaya kocor-kocoran ini jika dilihat dari karakteristik kebudayaan yaitu:
a. Kebudayaan itu bersifat adaptif
Kebudayaan bersifat adaptif yaitu bagaimana kebudayaan itu dapat menyesuaikan dengan kondisi linkungan sosialnya. Budaya dapat juga berubah karena berubahnya kondisi social. Jika kita lihat budaya kocor-kocoran ini yang mana dahulu buadaya ini dari segi pakaian dan dari tat arias make-up maupun panggung sangat sederhana .malah tidak menggunakan panggung tapi, hanya beralas tikar atau kain yang dismpingnya dikasih riasan yang sederhana pula. Dari segi pakaian dulu cara berpakainnya pria dan wanita selalu berwarna kuning, kebaya biasa yang bawahannya sarung batik. Untuk hiasan dikepala memakai hisan bunga yang tebuat dari kain yang sudah diikat pada kayu yang seperti tusuk sate, yang sudah ditusuk pada sanggulnya. Dan untuk hiasan wajah dulu hanya menngunakan bedak putih yang dicampur dengan cream yang sangat tradisional. Tetapi, untuk saat ini dari segi pakaian sudah kemodern. Kebaya resepsi dan panggungnya juga sudah memakai baju dan panggung resepsi pernikahan. Yang bajunya bisa warna apa saja. Untuk hiasan wajah sudah seperti hiasan resepsi pernikahan biasanya. Sehingga budaya kocor-kocoran ini bisa menyesuaikan dengan kondisis social masyarakat. Bagaimana budaya kocor-kocoran ini tetap bisa bertahan sampai saat ini sekalipun ada perubahan dari segi pakaian hiasan wajah dan panggung karena ada penyesuaian yang disesuaiakn dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
b. Kebudayaan dimiliki bersama
Suatu budaya dimiliki bersama oleh masyarakat dikarenakan masyarakat yang mempunyai hajat atau keingginan dengan sendirinya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun mereka mau melakukan hal itu, sekalipun terkadang apa yang mereka lakukan apa adanya, Seperti budaya kocor-kocoran di pulau Kangean ini. Dalam masyarakat Kangean budaya ini sudah seperti menjadi rasa kewajiban untuk dilakukan jika melaksanakan pesta resepsi pernikahan. Bagi yang tidak melakukan budaya ini dengan sendirinya akan merasa dicemoohkan ataupun dibicarakan oleh masyarakat disekitarnya. Tindakan dibicarakan ataupun dicemoohkan ini merupakan tindakan yang dilakukan masyarakat karena mereka tersin ggung karena ada orang yang tidak amu melakukan budaya tersebut padahal ia berada di masyarakat itu.
c. Budaya berbasis pada symbol
Budaya berbasis pada symbol maksudnya yaitu setiap budaya memiliki symbol-simbol yang tidak sama yang mempunyai makna yang berbeda. Symbol yang digunakan merupakan sesuatu yang muncul dari diri seseorang karena telah terjadi kejadian yang sangat luar biasa.
Budaya kocor-kocoran merupakan bentuk rasa syukur karena anaknya telah berumah tangga dan bentuk rasa kemampuan diri untuk melakukan kocor-kocoran ini dalam resepsi pesta pernikahan. Sehingga mereka merasa akan lebih lengkap jika rasa syukur mereka tersebut dilengkapi dengan mengadakan acara kocor-kocoran ini dalam pesta resepsi pernikahan.
d. Kebudayaan diwariskan
Suatu kebudayaan diwariskan pada generasi berikutnya biasanya dalam suatu keluarga maka budaya tersebut biasanya orang tua menceritakan suatu kebudayaan kepada anaknya, seperti budaya kocor-kocoran ini. budaya kocor-kocoran bertahan sampai saat ini karena adanya pewarisan budaya yang mana pewarisan budaya ini biasanya dilakukan dari keluarga dulu kepada anaknya kemudian masyarakat. Misalnya dulu orang tuanya juga ketika pesta pernikahannya diadakan acara kocor-kocoran. Maka orang tuanya akan berfikir anaknya juga harus menggunakan acara kocor-kocoran ini.hal ini lumrah dan umum terjadi pada masyarakat Kangean.
2. Konsep kebudayaan
a. Cultural lag
Contoh dari cultural lag atau ketinggalan kebudayaan. Disalah satu desa di Pulau Kangean ada sebagian orang yang masih mempertahankan kebiasaan dalam hal memasak menurut cara mereka sendiri. Yang mana dalam masyarakat saat ini LPG sudah menjadi tren baru daalm masyarakat modern. Tapi masyarakat kangean masih mempertahankan dengan menggunakan kompor minyak tanah dan kayu bakar. Tetapi di Pulau Kangean ini biasanya mayoritas masyarakatnya menggunakan kompor minyak tanah.
Ada sebagian orang yang masih menggunakan kayu bakar pada saat memasak sebagai pengganti dari kompor minyak tanah. Hal ini disebabkan karena orang tersebut biasanya bekerja di usaha mebel seperti membuat lemari, meja, kursi dan sebagainya dari bahan kayu, sehingga ada persepsi atau mereka berpikir daripada sisa-sisa kayu yang telah dinuat mebel terbuang dengan sia-sia alangkah lebih baiknya jika mereka gunakan untuk memasak. Hal inilah yang menjadi acuan utama bagaimana mereka tidak mau menggunakan kompor minyak tanah yang dinilainya lebih mahal.
Selain itu juga mereka mempunyai alasan yang dijadiakn acuannya untuk tetap menggunakan kayun bakar yaitu, mereka beranggapan bahwa memasak nasi dari kayu bakar itu lebih enak daripada memasak menggunakan dengan kompor minyak tanah.
Daalm penggunaan memasak dari kayu bakar juga terjadi berbagai variasi ada yang menggunakannya dengan membuat wadah seperti bentuk kompor minyak tanah yang nanti di issi dengan sisa kayu-kayu yang halus yang diperoleh dari sisa-sisa pemotongan kayu yang menggunakan mesin. Kemudian ada juga yang menggunakan kayu tersebut langsung didalam tungku.
Jika dilihat dari buadaya saat ini memasak dengan menggunakan kayu bakar sudah banyak ditinggalkan masyarakat dan masyarakat lebih memilih menggunakan LPG dan kompor minyak tanah. Hal ini daalm konsep kebudayaan merupakan cultural lag atau ketinggalan budaya yang maan sudah ada perubahan budaya dengan nilai teknologi, tetapi mereka masih mempertahankan kebiasaan aatu budaya mereka sendiri seperti dalam hal memasak. Hal ini terjadi karena munculnya ketimpangan kebudayaan yang mana cultural lag terjadi manakala unsure-unsur kebudayaan tidak berkembang secara bersamaan. Salah satu unsure kebudayaan berkembang sangat cepat sedang unsure lainnya mengalami ketertinggalan budaya.
b. Perilaku menyimpang
Contoh fenomena perokok anak pra-pubertas atau anak dibawa umur.
Jika kita lihat fenomena saat ini yang mana anak SD sudah melakukan aktifitas seperti orang dewasa yaitu merokok. Siswa Sd yang sudah merokok dalam masyarakat dianggap berperilaku menyimpang dan dicap jelek sama masyarakat disekitarnya. Hal ini terjadi karena apa yang dilakukan siswa SD merokok tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Menrut Robert M.Z Lawang mengungkapkan penyimpangan adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam system social dan menimbulkan usaha dari mereka dari mereka yang berwenang dalam system itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
Perokok anak pra-pubertas merupakan perilaku menyimpang dari nilai dan norma masyarakat. Sehingga ada usaha untuk menghentikan perbuatan seperti ini. missal usaha yang dilkukan orang tuanya untuk menghindari dan meperbaiki anaknya untuk tidak merokok lagi, maupun dari usaha pihak sekolah dengan melakukan sosialisasi tentang rokok dan resikomerokok itu sendiri.
Perilaku menyimpang dari factor psikologis dan sosiologis. Dari factor psikologis merupakan sebagai penyebab pembentukan perilaku menyimpang seperti adanya ketidak harmonisan hibungan antara orang tua dan anak tersebut. Jika kita lihat dari contoh andi siswa SD yang merokok dibawah umur karena orang tuanya sibuk dengan urusan mereka sendiri, sehingga pergaulan anaknya tidak bisa tekontrol.
Jika dilihat dari factor sosiologis penyimpangan merupakan sebagai hasil dari sosialisasi. Jika sosialisasi merokok pada anak pra-pubertas tidak tersampaikan dengan baik ataupun sempurna, maka akan menghasilkan perilaku menyimpang. Sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi, sehingga siswa SD atau anak pra-pubertas tersebut melakukan tindakan merokok tanpa memperhitungkan atau memikirkan resiko yang akan terjadi. Sepserti masalah uang untuk membeli rokok tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan penyimpangan baru, seperti mencuri dan sebagainya.
Perilaku menyimpang ini juga terjadi karena proses belajar yang menyimpang dan proses pergaulan. Fenomena perokok anak seperti yang dilakukan andi ini dikarenakan adanya proses pergaulan dan proses belajar yang menyimpang. Bagaimana dia berada dalam lingkungan yang tidak tepat. Yang mana dia belajar merokok dari apa yang dilihatnya. Dari bagaimana orang dewasa merokok. Dari cara dan sebagainya. Dan tekadang malah orang dewasa yang mengajari dan menyuruh anak tersebut untuk melakukan tindakan merokok. Karena anak tersebut melakukan seperti apa yang dilihat dan dilakukan orang dewasa, sehingga tidak terpikirkan tentang adanaya resiko dan akibat merokok dalam hal kesehatan.hal ini dalam masyarakat disebut perilaku menyimpang. Karena dia bertindak tidak sesuia dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.